SIDOARJO – Memperkenalkan literasi sejak dini terus digencarkan di tingkat sekolah dasar di Sidoarjo. Rabu (30/11) LSM Mutiara Rindang menggelar lokakarya rencana strategi keberlanjutan program perpustakaan ramah anak. Turut hadir dalam lokakarya tersebut adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo Tirto Adi dan Dinas P3AKB Sidoarjo.
Tirto Adi menyebutkan, untuk bisa memperkenalkan literasi sejak dini, siswa harus diberi fasilitas yang baik. Sehingga dia meminta sekolah menyediakan anggaran untuk pengembangan perpustakaan.
Dalam program tersebut, ada 116 sekolah yang telah menjadi mitra perpustakaan ramah anak. Mereka diminta merenovasi perpustakaannya terlebih dahulu, agar sesuai standar. Tidak ada lagi perpustakaan yang dekat kamar mandi atau ruangannya pengap. Koleksi bukunya juga harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. “Jadikan perpustakaan sebagai prioritas utama, bukan sampingan,” katanya.
Direktur LSM Mutiara Rindang Kuswanto mengatakan, 116 SD negeri yang terpilih menjadi mitra, telah mendapatkan hibah berupa buku cerita bermutu, rak buku, dan pelatihan kepada Kepala Sekolah, guru, dan petugas perpustakaan.
Kuswanto menjelaskan, pentingnya perpustakaan sesuai standar adalah agar siswa bisa mengenal literasi dengan baik. Mereka juga bisa mengakses buku cerita bermutu sesuai dengan tumbuh kembang mereka.”Dan yang terpenting mereka merasa aman dan nyaman,” katanya.
Menurut dia, perpustakaan ramah anak adalah yang lingkungannya mendukung tumbuh kembang anak. Artinya, siswa bisa mudah mengakses buku bermutu yang berjenjang. Yakni sesuai dengan usia dan tumbuh kembang mereka.
Selain itu, peran serta dari guru sangat diperlukan. Guru wajib mendampingi siswa membaca. Sebab hal itu yang akan menumbuhkan kebiasaan memnbaca pada siswa. Ketika terbiasa mendengarkan guru membacakan cerita, maka secara tidak langsung bisa meningkatkan rasa senang terhadap isi cerita. Rasa senang itu bisa membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca.
Dia berharap, program ini menjadi salah satu inisiasi bagi kepala sekolah untuk menghidupkan kembali perpustakaan. Sebagai tempat yang nyaman dan ramah anak. Pihaknya juga mendorong sekolah untuk melanjutkan secara mandiri setelah program ini selesai. (nis/vga)