28 C
Sidoarjo
Tuesday, 28 March 2023

Fanesha A’izatus Qorik Siswi MTsN 4 Sidoarjo Berpestasi Internasional

Sudah Terbikan Buku Puisi Bernomor International Standard Book Number

“Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya maka gunakan dengan sebaik-baiknya,” ucap Fanesha A’izatus Qorik. Motto siswi kelas IX MTsN 4 Sidoarjo itu benar-benar ditanamkan dalam dirinya. Hasilnya, dia mampu membuat buku puisi Nyanyian Kalbu yang memiliki nomor International Standard Book Number (ISBN).

Rizky Putri Pratimi Wartawan Radar Sidoarjo

Saat dijumpai Radar Sidoarjo, Fanesha duduk berseragam batik sekolah sambil mengenakan masker di lantai dua MTsN 4 Sidoarjo. Dia datang menghampiri, lalu menunjukkan rak yang dipenuhi buku, hasil karya para guru dan siswa.

Di antara puluhan buku itu, perempuan asal Tulangan tersebut lantas mengambil dua buku. Salah satunya buku berjudul Nyanyian Kalbu. Buku tersebut merupakan kumpulan puisi yang ia tulis sendiri.

“Satu lagi berjudul Formasi Kata. Yang ini, kumpulan puisi milik saya dan Bu Puji sebagai guru pembimbing,” jelasnya.

Di usianya yang ke 15 tahun, Fanesha sudah menghasilkan karya dua buku puisi. Dia mengaku gemar membaca sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI). Waktu itu, dia melihat kumpulan antologi puisi karya kakak di rumah.

“Saya suka baca puisi kakak yang kebetulan dia kuliah jurusan Sastra Indonesia,” katanya.
Berawal dari situ, Fanesha ingin belajar menulis puisi. Rangkaian katanya terinspirasi dari banyak bacaan. Terutama buku yang ditulis oleh Okky Madasari. “Okky Madasari adalah penulis favorit saya. Saya suka buku-buku fantasi miliknya,” ujarnya.

Menurut Fanesha, dia dapat berimajinasi secara luas untuk menulis puisi usai membaca buku milik Okky Madasari. Seperti puisi tentang ibu. Apakah sulit menemukan pilihan kata dalam pembuatan puisi? Fanesha menjawab tidak. “Spontanitas saja. Saya langsung menulis apa yang ada di pikiran dan hati,” jawabnya.

Tak heran, karya puisi Fanesha lolos dalam lomba Cipta Baca Puisi tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan oleh MAN 2 Mojokerto April lalu. Dia turut menjadi finalis dengan karya puisi yang dibuat spontanitas di tempat penyelenggara. Dari puisi yang ia buat saat itu menghantarkannya menjadi juara 1.

Ke depan, tak hanya membuat buku puisi, dia juga hendak berkarya menuis cerpen dan novel. “Ide sudah ada. Rencananya tentang doa dan harapan,” tuturnya siswa yang bercita-sita sebagai dokter sekaligus penulis itu. (*/vga)

Sudah Terbikan Buku Puisi Bernomor International Standard Book Number

“Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya maka gunakan dengan sebaik-baiknya,” ucap Fanesha A’izatus Qorik. Motto siswi kelas IX MTsN 4 Sidoarjo itu benar-benar ditanamkan dalam dirinya. Hasilnya, dia mampu membuat buku puisi Nyanyian Kalbu yang memiliki nomor International Standard Book Number (ISBN).

Rizky Putri Pratimi Wartawan Radar Sidoarjo

Saat dijumpai Radar Sidoarjo, Fanesha duduk berseragam batik sekolah sambil mengenakan masker di lantai dua MTsN 4 Sidoarjo. Dia datang menghampiri, lalu menunjukkan rak yang dipenuhi buku, hasil karya para guru dan siswa.

Di antara puluhan buku itu, perempuan asal Tulangan tersebut lantas mengambil dua buku. Salah satunya buku berjudul Nyanyian Kalbu. Buku tersebut merupakan kumpulan puisi yang ia tulis sendiri.

“Satu lagi berjudul Formasi Kata. Yang ini, kumpulan puisi milik saya dan Bu Puji sebagai guru pembimbing,” jelasnya.

Di usianya yang ke 15 tahun, Fanesha sudah menghasilkan karya dua buku puisi. Dia mengaku gemar membaca sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI). Waktu itu, dia melihat kumpulan antologi puisi karya kakak di rumah.

“Saya suka baca puisi kakak yang kebetulan dia kuliah jurusan Sastra Indonesia,” katanya.
Berawal dari situ, Fanesha ingin belajar menulis puisi. Rangkaian katanya terinspirasi dari banyak bacaan. Terutama buku yang ditulis oleh Okky Madasari. “Okky Madasari adalah penulis favorit saya. Saya suka buku-buku fantasi miliknya,” ujarnya.

Menurut Fanesha, dia dapat berimajinasi secara luas untuk menulis puisi usai membaca buku milik Okky Madasari. Seperti puisi tentang ibu. Apakah sulit menemukan pilihan kata dalam pembuatan puisi? Fanesha menjawab tidak. “Spontanitas saja. Saya langsung menulis apa yang ada di pikiran dan hati,” jawabnya.

Tak heran, karya puisi Fanesha lolos dalam lomba Cipta Baca Puisi tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan oleh MAN 2 Mojokerto April lalu. Dia turut menjadi finalis dengan karya puisi yang dibuat spontanitas di tempat penyelenggara. Dari puisi yang ia buat saat itu menghantarkannya menjadi juara 1.

Ke depan, tak hanya membuat buku puisi, dia juga hendak berkarya menuis cerpen dan novel. “Ide sudah ada. Rencananya tentang doa dan harapan,” tuturnya siswa yang bercita-sita sebagai dokter sekaligus penulis itu. (*/vga)

Most Read

Berita Terbaru


/