28 C
Sidoarjo
Saturday, 10 June 2023

Satpol PP Sidoarjo Tertibkan Gepeng yang Marak saat Ramadan

SIDOARJO – Setiap Ramadan, gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sidoarjo meningkat. Mereka terlihat berada di tempat keramaian seperti di alun-alun Sidoarjo, depan Masjid Agung Sidoarjo hingga jalan-jalan protokol. Rata-rata wanita paro baya.

Sekretaris Satpol PP Sidoarjo Yani Setiawan mengatakan, para pengemis memang meningkat saat Ramadan. Mereka datang dari luar daerah. Menurutnya, saat Ramadan, Sidoarjo seperti ladang uang bagi para pengemis.

“Bayangkan, mereka mengaku pendapatan Rp 200 ribu itu termasuk sepi. Sekarang kalau Rp 200 ribu selama 30 hari, itu sudah berapa? Yang jelas ya banyak,” katanya.

Yani mengatakan, pihaknya rutin menggelar patroli mulai Jalan Raya Waru hingga ke wilayah Porong. Sasarannya tak hanya para pengemis, namun juga manusia silver, dan gelandangan. Mereka kemudian diangkut dengan mobil.

Mereka yang terjaring petugas selanjutnya dibawa ke Liponsos untuk dibina. Menurut Yani, setelah mendapat pembinaan, biasanya akan dilepas beberapa minggu kemudian. Seolah tak jera, sebagian terkadang kembali lagi.

“Makanya memang susah-susah gampang. Kalau diperhatikan coba dilihat isi tasnya itu. Ada baju hingga HP yang mewah. Kita ya kalah,” imbuhnya.

Yani pun meminta agar masyarakat dapat menghubungi call center 112 Sidoarjo. Terutama saat menjumpai pengemis yang memaksa meminta-minta. Sehingga bisa direspon dengan cepat. Sebab titik lokasinya bisa diketahui.

“Karena kalau kita kan enggak bisa ke semua titik. Karena ada keterbatasan juga anggota kita. Kalau ada yang mengganggu bisa ke 112,” terangnya. (far/vga)

 

SIDOARJO – Setiap Ramadan, gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sidoarjo meningkat. Mereka terlihat berada di tempat keramaian seperti di alun-alun Sidoarjo, depan Masjid Agung Sidoarjo hingga jalan-jalan protokol. Rata-rata wanita paro baya.

Sekretaris Satpol PP Sidoarjo Yani Setiawan mengatakan, para pengemis memang meningkat saat Ramadan. Mereka datang dari luar daerah. Menurutnya, saat Ramadan, Sidoarjo seperti ladang uang bagi para pengemis.

“Bayangkan, mereka mengaku pendapatan Rp 200 ribu itu termasuk sepi. Sekarang kalau Rp 200 ribu selama 30 hari, itu sudah berapa? Yang jelas ya banyak,” katanya.

Yani mengatakan, pihaknya rutin menggelar patroli mulai Jalan Raya Waru hingga ke wilayah Porong. Sasarannya tak hanya para pengemis, namun juga manusia silver, dan gelandangan. Mereka kemudian diangkut dengan mobil.

Mereka yang terjaring petugas selanjutnya dibawa ke Liponsos untuk dibina. Menurut Yani, setelah mendapat pembinaan, biasanya akan dilepas beberapa minggu kemudian. Seolah tak jera, sebagian terkadang kembali lagi.

“Makanya memang susah-susah gampang. Kalau diperhatikan coba dilihat isi tasnya itu. Ada baju hingga HP yang mewah. Kita ya kalah,” imbuhnya.

Yani pun meminta agar masyarakat dapat menghubungi call center 112 Sidoarjo. Terutama saat menjumpai pengemis yang memaksa meminta-minta. Sehingga bisa direspon dengan cepat. Sebab titik lokasinya bisa diketahui.

“Karena kalau kita kan enggak bisa ke semua titik. Karena ada keterbatasan juga anggota kita. Kalau ada yang mengganggu bisa ke 112,” terangnya. (far/vga)

 

Most Read

Berita Terbaru

/