SIDOARJO – Pihak eksekutif dan legislatif akhirnya duduk bersama membahas penanggulangan pandemi Covid-19 di Sidoarjo. Sejumlah masukan diberikan para wakil rakyat. Mulai dari usulan pendampingan pasien isolasi mandiri (isoman) secara virtual sampai sorotan soal pembagian bantuan.
Dalam pertemuan itu, Wakil Bupati Sidoarjo Subandi menerangkan, dalam penanggulangan pandemi Covid-19 tidak cukup dari pemerintah daerah saja. Tetapi membutuhkan peran seluruh lapisan masyarakat. “Perlu kerjasama yang baik,” katanya.
Dia menegaskan, selama ini Pemkab Sidoarjo juga telah menjalankan langkah untuk menekan dampak Covid-19. Mulai dari pembagian bantuan sosial hingga pembangunan shelter isoman.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman menjabarkan sejumlah progres dan penanggulangan Covid-19 di Kota Delta. Pertama tingkat pasien Covid-19 yang meninggal di Sidoarjo juga memprihatinkan. “Per 22 Juli yang meninggal di angka 50 sampai 60 perhari,” katanya.
Syaf melanjutkan, kondisi rumah sakit rujukan yang penuh juga banyak dikeluhkan warga. Keterisian bed mencapai 86 persen. Di samping itu, pemkab juga berencana menghentikan pemanfaatan salah satu hotel untuk tempat isolasi. “Karena terlalu mahal, sewanya Rp 350 ribu perkamar,” imbuhnya.
Sejumlah usulan dan kritikpun dilontarkan para wakil rakyat dalam pertemuan itu. Misalnya Zahlul Yussar, anggota Komisi D dari Partai Demokrat. Menurutnya, eksekutif perlu menyiapkan sarana pendampingan warga yang isoman secara online. Sehingga satu dokter bisa mengcover banyak pasien. “Mereka tidak tahu harus berbuat apa ketika isoman,” tuturnya
Kemudian, politisi PKS Aditya Nindyatman menyoroti soal peran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sebagai bidang yang fokus untuk penanggulangan bencana, pihaknya juga perlu dilibatkan untuk pengadaan infrastruktur yang dibutuhkan saat penanggulangan bencana. Seperti ketersediaan oksigen yang sempat langka.
Sementara politisi PAN, Bangun Winarso merasa cukup gemas dengan langkah Dinas Sosial dalam penyaluran bantuan sosial. Dimana, para warga isoman justru mendapat jatah pembagian bantuan sosial pada gelombang kedua atau ketiga.
“Untuk asupan gizi saja salah sasaran,” ucapnya sembari sempat menggedor meja.
Dalam kesempatan itu juga, Syaf menerangkan, pelaksanaan pendampingan secara online atau virtual juga belum tentu optimal. “Belum tentu juga semua masyarakat memiliki handphone,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Sidoarjo Tirto Adi menerangkan, jika bantuan sosial yang dikucurkan untuk tahap pertama baru 35 ribu paket. Sementara stok yang disiapkan ada 100 ribu. Itu juga akan mengcover warga isoman yang belum terdata di tahap pertama. (son/vga)