Tawur Agung Kesanga dan Kirab Ogoh-Ogoh Jelang Nyepi

SIDOARJO – Ratusan Umat Hindu di Sidoarjo mengikuti upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Jala Siddhi Amertha, Selasa (21/3) pagi. Umat Hindu dari berbagai wilayah di Sidoarjo juga mengikuti kirab ogoh-ogoh di sekitar Pura.

Upacara tersebut merupakan rangkaian dari Hari Raya Nyepi. Tawur Agung Kesanga merupakan ritual untuk mengharmoniskan alam semesta beserta isinya. Upacara tersebut digelar dengan ritual Tawur atau Pecaruan.

“Umat Hindu bersembahyang bersama, lalu memohon kepada Tuhan agar seluruh alam semesta beserta isinya mencapai keharmonisan, kedamaian dan kesejahteraan,” ujar Pengurus Rumah Tangga Pura Jala Siddhi Amertha Wasudewa Bhattacarya.

Usai upacara Tawur Agung Kesanga, umat Hindu di pura tersebut juga melakukan kirab ogoh-ogoh di sekitaran pura. Tujuannya untuk mengusir energi-energi negatif yang ada di dunia dan tubuh manusia. Ogoh-ogoh yang berwujud seram tersebut merupakan simbol negatif.

Menurut Wasudewa, dalam agama Hindu, ogoh-ogoh disebut sebagai Bhuta Kala. Nah, Bhuta Kala harus dihilangkan dari dalam diri manusia dan alam semesta yang disimbolkan dengan membakar dan menghanguskannya.

“Sehingga pelaksanaan Nyepi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Besok (hari ini, Red) adalah Hari Suci Nyepi, kami tidak melakukan ritual apa-apa hanya berdiam diri di rumah selama 24 jam,” imbuhnya.

Wasudewa menambahkan, umat Hindu tak akan keluar rumah, tak bekerja, tak bepergian dan tak bersenang-senang atau mengumbar nafsu dunia. “Tujuannya agar kita bisa introspeksi diri, sehingga bisa berbuat lebih baik,” terangnya.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor berharap, Umat Hindu Sidoarjo dapat menjalankan Nyepi dengan nyaman seperti di Bali. Sebab Sidoarjo merupakan rumah yang nyaman bagi semua agama. Muhdlor memastikan tak akan ada pelarangan peribadatan di Sidoarjo.

Gus Muhdlor, sapaan akrabnya menyebutkan, eksistensi seluruh agama di Sidoarjo tetap diakui dan memiliki peran yang konstruktif. Salah satunya melalui FKUB. “Kota Delta menjadi percontohan, bahwa kota toleransi, jawabannya adalah Sidoarjo,” jelasnya. (far/vga)

SIDOARJO – Ratusan Umat Hindu di Sidoarjo mengikuti upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Jala Siddhi Amertha, Selasa (21/3) pagi. Umat Hindu dari berbagai wilayah di Sidoarjo juga mengikuti kirab ogoh-ogoh di sekitar Pura.

Upacara tersebut merupakan rangkaian dari Hari Raya Nyepi. Tawur Agung Kesanga merupakan ritual untuk mengharmoniskan alam semesta beserta isinya. Upacara tersebut digelar dengan ritual Tawur atau Pecaruan.

“Umat Hindu bersembahyang bersama, lalu memohon kepada Tuhan agar seluruh alam semesta beserta isinya mencapai keharmonisan, kedamaian dan kesejahteraan,” ujar Pengurus Rumah Tangga Pura Jala Siddhi Amertha Wasudewa Bhattacarya.

Usai upacara Tawur Agung Kesanga, umat Hindu di pura tersebut juga melakukan kirab ogoh-ogoh di sekitaran pura. Tujuannya untuk mengusir energi-energi negatif yang ada di dunia dan tubuh manusia. Ogoh-ogoh yang berwujud seram tersebut merupakan simbol negatif.

Menurut Wasudewa, dalam agama Hindu, ogoh-ogoh disebut sebagai Bhuta Kala. Nah, Bhuta Kala harus dihilangkan dari dalam diri manusia dan alam semesta yang disimbolkan dengan membakar dan menghanguskannya.

“Sehingga pelaksanaan Nyepi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Besok (hari ini, Red) adalah Hari Suci Nyepi, kami tidak melakukan ritual apa-apa hanya berdiam diri di rumah selama 24 jam,” imbuhnya.

Wasudewa menambahkan, umat Hindu tak akan keluar rumah, tak bekerja, tak bepergian dan tak bersenang-senang atau mengumbar nafsu dunia. “Tujuannya agar kita bisa introspeksi diri, sehingga bisa berbuat lebih baik,” terangnya.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor berharap, Umat Hindu Sidoarjo dapat menjalankan Nyepi dengan nyaman seperti di Bali. Sebab Sidoarjo merupakan rumah yang nyaman bagi semua agama. Muhdlor memastikan tak akan ada pelarangan peribadatan di Sidoarjo.

Gus Muhdlor, sapaan akrabnya menyebutkan, eksistensi seluruh agama di Sidoarjo tetap diakui dan memiliki peran yang konstruktif. Salah satunya melalui FKUB. “Kota Delta menjadi percontohan, bahwa kota toleransi, jawabannya adalah Sidoarjo,” jelasnya. (far/vga)