SIDOARJO – Selain menjadi tempat transformasi ilmu keislaman, di tengah perkembangan teknologi saat ini, pesantren juga dituntut menciptakan santripreneur. “Di masa perkembangan teknologi maupun perkembangan peradaban sekarang, saya kira pesantren juga sudah merevitalisasi diri, mengubah dan menyesuaikan perkembangan dan juga sudah diperkuat oleh negara dengan hadirnya UU No. 18 Tahun 2019 tentang pesantren,” kata Pj Bupati Hudiyono.
Dua konsep ini kontribusi yang cukup besar pesantren terhadap pembangunan negara. Di pesantren ada lembaga formal dan non formal. Konsep pendidikan di pesantren dinilai Hudiyono luar biasa bagus, karena setiap saat santri bisa interaksi langsung dengan guru, pengasuh, dan kiainya.
“Setiap waktu ketemu dengan kiainya. Ini yang bagus, sehingga apa yang dikonstruksikan di dalam kurikulum pesantren, kurikulum umum maupun agama ini semata-mata untuk mecerdaskan bangsa. Mencerdaskan bangsa itu pasti menuju kesejahteraan,” ujar Cak Hud, sapaan akrab Hudiyono yang juga menjabat Kepala Biro Kesos Provinsi Jawa Timur.
Maka konsep pengajaran di pesantren sekarang bukan hanya tentang pendalaman agama saja. Vokasional atau ketrampilan juga diajarkan. Kalau di Jawa Timur, ada One Pesantren One Produk (OPOP).
“Setiap pesantren itu akan menjadikan santripreneur dan sosiopreneur. Jadi, pesantren itu selain menguatkan ilmu keagamaan, juga menguatkan tetang ketrampilan. Tentang vokasional karena memang pertumbuhan jenis-jenis pekerjaan yang luar biasa macamnya dengan adanya teknologi informasi maka pesantren dalam perkembangan juga menyesuaikan”, urai Cak Hud.
Di Sidoarjo ada sekitar 90 pesantren yang terdata di kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo. Hubungan antara pemerintah dengan pesantren, juga sangat harmonis. Sinergitas terjaga dengan baik karena dirawat dengan berbagai program peningkatan pesantren.
Di masa pandemi ini, Hudiyono berpesan kepada para santi, “Santri sehat Sidoarjo kuat, Indonesia kuat. Kita harapkan para santri untuk disiplin protokol kesehatan.” (rpp/opi)