Sastra sebagai bagian penting dari kebudayaan nasional yang menjadi perhatian di masyarakat. Lewat sastra, masyarakat mampu mengekspresikan seluk-beluk hidup dengan menuangkan ide dan gagasannya.
Zainul Fajar, Wartawan Radar Sidoarjo
Ketika dihadapkan dengan permasalahan rendahnya minat baca, sastra menjadi hal sakral yang harus selalu tumbuh dan dihidupkan di tengah masyarakat.
Hal ini tercermin dari upaya Founder Yuk Nulis Sidoarjo, Winda Sulistyoningsih. Wanita 38 tahun itu memperbanyak kelas menulis sebagai salah satu cara untuk melestarikan sastra lebih luas.
Menurutnya, banyak masyarakat khususnya di Sidoarjo yang memiliki potensi menulis namun belum memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan menulisnya.
Oleh karena itu, dia bersama Yuk Nulis Sidoarjo melakukan beberapa aksi dengan mengadakan kelas menulis secara rutin, sebagai wadah bagi masyarakat yang ingin belajar menulis.
“Kuncinya adalah pendekatan. Kita tahu tidak semua orang suka dengan satu genre misal komedi. Tugas kita, mendorong dan memperbanyak orang-orang belajar menulis sesuai dengan apa yang mereka inginkan,” terang Winda.
Lebih jauh, perempuan yang berprofesi sebagai guru PAUD tersebut menyebutkan bahwa, pertumbuhan literasi di Sidoarjo saat ini tengah mengalami fase terbaiknya.
Dia mencontohkan, ada beberapa siswa yang dibina oleh Komunitas Yuk Nulis Sidoarjo telah berhasil meluncurkan sebuah buku hasil karyanya sendiri.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Sidoarjo juga memiliki potensi besar dalam bidang sastra. Dengan memperbanyak kelas menulis dan mempromosikan karya sastra lokal, kami berharap dapat melestarikan sastra lebih luas di Sidoarjo,” terangnya.
Masih dikatakan Winda, tantangan terberat yang dihadapinya saat ini bukanlah minat baca yang rendah, tetapi menyempatkan waktu untuk bisa belajar menulis adalah barang mewah saat ini.
“Kami juga menyadari, keterbatasan waktu dari setiap orang berbeda-beda. Tentunya, untuk mengikuti kelas menulis, perlu effort lebih. Jadi, kadang kami menggelarnya weekend atau secara online,” imbuhnya.
Perempuan yang telah menerbitkan lebih dari 50 buku tersebut juga berharap, nantinya, akan ada regenerasi dari setiap penulis hebat yang lahir di Sidoarjo.
“Tidak muluk-muluk. Harapan saya sederhana, ikut meramaikan literasi dan tetap bergerak untuk melestarikan sastra di Sidoarjo,” pungkasnya. (*/vga)