31 C
Sidoarjo
Wednesday, 29 March 2023

Ada Enam Batu Batu Kuno dihadapkan Gunung

Temuan Benda Kuno di Dusun Sigit, Kecamatan Prambon

Dusun Sigit, Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon menyimpan sejumlah sejarah peradaban masa lampau. Selain uang kuno dari Dinasti Tiongkok, gundukan tanah berupa batu di sawah juga diduga arca atau prasasti kuno.

Hendrik Muchlison/Wartawan Radar Sidoarjo

Lokasi gundukan itu tidak jauh dari makam tempat penemuan uang kuno tersebut. Yakni, sekitar 200 meter ke arah timur makam Dusun Sigit.

Di tempat itu terdapat enam buah batu yang bentuknya tidak lazim seperti batu biasa. Seperti bekas dipahat layaknya arca atau batu prasasti. Bentuknya tidak terlalu jelas karena sudah terkikis.

Tri Kisnowo Hadi, salah satu warga yang juga pegiat sejarah dan situs kuno menceritakan, dulunya posisi ke enam batu itu berserakan. Kemudian pada September 2020 lalu, warga setempat bersepakat untuk merapikan area tersebut. Termasuk gundukan pecahan batu bata di sekitar bebatuan.

“Dihadapkan ke gunung Penanggungan karena konon katanya gunung itu pusat peradaban,” imbuhnya.

Dia menambahkan, selain bentuk batu yang tak lazim, pecahan batu bata di sekitar temuan batu itu juga beda dengan batu bata biasa. “Ketebalannya sekitar 8-9 sentimeter,” sebutnya.

Karena itu, warga sepakat untuk mengamankan lokasi itu. Saking antusiasnya, salah satu warga juga ada yang menyumbangkan pagar besi untuk lebih memberi tanda lokasi itu. Nantinya lokasi tersebut juga akan dipugar secara berkala. (*/vga)

Temuan Benda Kuno di Dusun Sigit, Kecamatan Prambon

Dusun Sigit, Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon menyimpan sejumlah sejarah peradaban masa lampau. Selain uang kuno dari Dinasti Tiongkok, gundukan tanah berupa batu di sawah juga diduga arca atau prasasti kuno.

Hendrik Muchlison/Wartawan Radar Sidoarjo

Lokasi gundukan itu tidak jauh dari makam tempat penemuan uang kuno tersebut. Yakni, sekitar 200 meter ke arah timur makam Dusun Sigit.

Di tempat itu terdapat enam buah batu yang bentuknya tidak lazim seperti batu biasa. Seperti bekas dipahat layaknya arca atau batu prasasti. Bentuknya tidak terlalu jelas karena sudah terkikis.

Tri Kisnowo Hadi, salah satu warga yang juga pegiat sejarah dan situs kuno menceritakan, dulunya posisi ke enam batu itu berserakan. Kemudian pada September 2020 lalu, warga setempat bersepakat untuk merapikan area tersebut. Termasuk gundukan pecahan batu bata di sekitar bebatuan.

“Dihadapkan ke gunung Penanggungan karena konon katanya gunung itu pusat peradaban,” imbuhnya.

Dia menambahkan, selain bentuk batu yang tak lazim, pecahan batu bata di sekitar temuan batu itu juga beda dengan batu bata biasa. “Ketebalannya sekitar 8-9 sentimeter,” sebutnya.

Karena itu, warga sepakat untuk mengamankan lokasi itu. Saking antusiasnya, salah satu warga juga ada yang menyumbangkan pagar besi untuk lebih memberi tanda lokasi itu. Nantinya lokasi tersebut juga akan dipugar secara berkala. (*/vga)

Most Read

Berita Terbaru


/