30 C
Sidoarjo
Tuesday, 21 March 2023

Budi Daya Ikan Air Payau Butuh Biaya Besar

SIDOARJO – Dinas Perikanan Sidoarjo masih mengkaji untuk pengembangan budi daya ikan air payau di Sidoarjo. Karena pengembangan ikan dengan kombinasi air tawar dan air asin itu juga membutuhkan biaya besar.

Kepala Dinas Perikanan Sidoarjo Bachruni Aryawan mengatakan, pengembangan budi daya ikan air payu membutuhkan kecermatan dalam menjaga kadar air. Karena harus memiliki kombinasi antara kadar garam dan air tawar yang pas untuk bisa menghasilkan ikan dengan kualitas bagus. “Kalau pakai garam campuran itu cepat mengurai,” katanya, kemarin (25/6).

Dia menambahkan, salah satu cara untuk bisa menjaga stabilitas kualitas air payu adalah dengan membeli air laut yang masih bagus. Seperti di Pacitan atau Trenggalek. Tetapi, langkah itu juga memiliki tantangan tersendiri bagi petani ikan. “Cost atau biayanya terlalu tinggi,” imbuhnya.

Hal itu juga pernah dibuktikan oleh salah satu pembudidaya binaan Dinas Perikanan di Tulangan. Dan hasilnya biaya untuk budi daya itu terlalu tinggi dibandingkan hasil ikannya.

Sebelumnya, pengembangan budi daya ikan air payau juga sempat menjadi sorotan Komisi C DPRD Sidoarjo. Dinas Perikanan diminta untuk bisa menjadikan Sidoarjo sebagai sentra pengembangan ikan air tawar maupun air payau. Karena melihat potensi lahan perikanan yang dimiliki Kota Delta yang masih luas.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur tahun 2017, luas area pemeliharaan ikan darat dalam bentuk tambak di Sidoarjo masih di 15.220 hektare. Luasan itu menjadi lahan tambak terluas ke dua se-Jatim setelah Gresik. Area tambak untuk Kabupaten Gresik berada seluas 15.601 hektare. (son/vga)

SIDOARJO – Dinas Perikanan Sidoarjo masih mengkaji untuk pengembangan budi daya ikan air payau di Sidoarjo. Karena pengembangan ikan dengan kombinasi air tawar dan air asin itu juga membutuhkan biaya besar.

Kepala Dinas Perikanan Sidoarjo Bachruni Aryawan mengatakan, pengembangan budi daya ikan air payu membutuhkan kecermatan dalam menjaga kadar air. Karena harus memiliki kombinasi antara kadar garam dan air tawar yang pas untuk bisa menghasilkan ikan dengan kualitas bagus. “Kalau pakai garam campuran itu cepat mengurai,” katanya, kemarin (25/6).

Dia menambahkan, salah satu cara untuk bisa menjaga stabilitas kualitas air payu adalah dengan membeli air laut yang masih bagus. Seperti di Pacitan atau Trenggalek. Tetapi, langkah itu juga memiliki tantangan tersendiri bagi petani ikan. “Cost atau biayanya terlalu tinggi,” imbuhnya.

Hal itu juga pernah dibuktikan oleh salah satu pembudidaya binaan Dinas Perikanan di Tulangan. Dan hasilnya biaya untuk budi daya itu terlalu tinggi dibandingkan hasil ikannya.

Sebelumnya, pengembangan budi daya ikan air payau juga sempat menjadi sorotan Komisi C DPRD Sidoarjo. Dinas Perikanan diminta untuk bisa menjadikan Sidoarjo sebagai sentra pengembangan ikan air tawar maupun air payau. Karena melihat potensi lahan perikanan yang dimiliki Kota Delta yang masih luas.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur tahun 2017, luas area pemeliharaan ikan darat dalam bentuk tambak di Sidoarjo masih di 15.220 hektare. Luasan itu menjadi lahan tambak terluas ke dua se-Jatim setelah Gresik. Area tambak untuk Kabupaten Gresik berada seluas 15.601 hektare. (son/vga)

Most Read

Berita Terbaru


/