26 C
Sidoarjo
Monday, 27 March 2023

Dibantu Pertagas, Ekonomi Masyarakat Desa Penatarsewu Menggeliat

SIDOARJO – Perekonomian warga Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin terus menggeliat. Warga yang dulunya nganggur kini punya pekerjaan tetap. Bahkan, masalah sampah rumah tangga yang menggunung bisa disulap jadi rupiah. Hal itu tidak lepas dari peran PT Pertamina Gas (Pertagas) beberapa tahun terakhir.

Desa Penatarsewu dikenal sebagai kampung ikan asap. Sebagian besar warganya memiliki usaha ikan asap. Sebelum Pertagas datang, usaha ikan asap masih dikelola secara tradisional. Peralatannya pun kurang lengkap dan kurang higenis.

Sekitar tahun 2013, Pertagas mulai hadir mendampingi masyarakat. Program pelatihan diberikan dan infrastruktur pengasapan juga diperbaiki.

“Perbaikan cerobong asap, tungku, hingga pemberian cold box agar stok ikan asap lebih awet,” kata Head of External Relations East Region Pertagas, Tedi Abadi Yanto, Rabu (20/10).

Kepala Desa Penatarsewu, Cholliq mengungkapkan, manfaat kehadiran perusahaan nasional itu cukup banyak dirasakan warga. Misalnya dari segi pengasapan ikan juga meningkat drastis. Saat masih tradisional, satu pengasap hanya bisa mengasapi ikan sebanyak 90-100 kilogram. Sekarang ada yang bisa capai 2 kwintal sehari.

“Makanya produksi ikan asap di desa (Penatarsewu, Red) ini bisa capai 13 ton sehari,” ungkapnya.

Dia menambahkan, di Penatarsewu ada sekitar 80 usaha pengasapan ikan. Karena produksinya meningkat, hal itu juga berdampak positif ke serapan tenaga kerja. Warga yang dulunya nganggur bisa ikut bekerja membantu usaha ikan asap.

“Jadi tukang sisik ikan atau yang mengasap ikan. Kalau dulu dikerjakan sendiri, sekarang tetangganya bisa diajak kerja,” ucapnya.

Miji Utami, salah satu pekerja yang biasa mengasap ikan juga merasakan manfaat pengembangan usaha itu. Ia dibayar berdasarkan jumlah ikan yang diasap dalam sehari.

“Dulu mentok 90 kilogram dibayar Rp 90 ribu. Sekarang bisa mengasap 100-120 kilogram, dapat bayaran Rp 100-120 ribu. Lumayan untuk kebutuhan anak” kata perempuan 46 tahun itu.

Pendampingan Petragas di Desa Penatarsewu juga berkelanjutan. Setelah sukses mengantarkan usaha pengasapan ikan naik kelas, kini berinovasi mengatasi masalah sampah rumah tangga di kampung itu. Caranya dengan budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).

INOVATIF : Ediyanto (kiri) didampingi Tedi Abadi Yanto, Head of External Relations East Region Pertagas saat melihat budidaya maggot di Desa Penatarsewu. (HENDRIK MUCHLISON/RADAR SIDOARJO)

Ediyanto, warga yang juga pengelola budidaya maggot itu menceritakan, budidaya itu mulai dirintis sejak 2020. Pertimbangannya karena pandemi Covid-19, sampah rumah tangga meningkat. Warga juga kebanyakan beraktivitas di rumah.

Sehari ada 5-6 gerobak motor memuat sampah rumah tangga. Sampah itu dibuang di tempat pembuangan sampah desa. Satu gerobak ada sekitar 4 kuintal sampah.

“Jadi sekitar 24 kuintal sampah terus menumpuk setiap harinya,” ujarnya.

Edi melanjutkan, dengan adanya budidaya maggot, sekitar 30-40 persen sampah rumah tangga bisa diurai. Khususnya sampah organik yang dijadikan makanan maggot. Perlenggkapan rumah budidaya hingga bibit maggot juga dukungan dari Pertagas. Setelah maggot besar bisa dipanen dan dijual.

“Untuk pakan burung atau ternak,” katanya.

Selain itu, maggot juga bisa diolah lagi untuk menghasilkan pakan ikan yang lebih berkualitas. Caranya dengan digiling dan dicampur dedak serta limbah sirip ikan.

“Kandungan proteinnya lebih tinggi, bisa dijual Rp 8 ribu perkilogram,” imbuh pria yang dulunya pekerja serabutan itu.

Budidaya maggot untuk mengurai sampah jika dikembangkan ke seluruh desa juga bakal berdampak positif terhadap masalah sampah di Kota Delta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, Sigit Setyawan sempat menyebutkan, saat ini kondisi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sudah overload. “Tiap hari ada sekitar 450 ton sampah masuk ke TPA. Butuh pemilahan sampah di tingkat desa untuk mengurangi volume sampah,” terangnya.

Dalam kesempatan itu juga Head of External Relations East Region Pertagas, Tedi Abadi Yanto menambahkan, selain pendampingan usaha ikan asap dan budidaya maggot, Pertagas juga mendampingi warga untuk pengembangan resto apung. Resto itu mulai dioperasionalkan pada 2019 lalu.

Tujuannya untuk meninggkatkan usaha khas Desa Penatarsewu yakni ikan asap. Produksi ikan bisa terserap resto, termasuk penyerapan tenaga kerja karyawan resto yang kini ada enam orang.

Saat pandemi, pendampingan juga terus dilakukan. Agar setiap usaha yang ada tetap survive.

“Dikembangkan ke platform digital, hingga kerjasama catering perusahaan,” pungkasnya. (son/vga)

SIDOARJO – Perekonomian warga Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin terus menggeliat. Warga yang dulunya nganggur kini punya pekerjaan tetap. Bahkan, masalah sampah rumah tangga yang menggunung bisa disulap jadi rupiah. Hal itu tidak lepas dari peran PT Pertamina Gas (Pertagas) beberapa tahun terakhir.

Desa Penatarsewu dikenal sebagai kampung ikan asap. Sebagian besar warganya memiliki usaha ikan asap. Sebelum Pertagas datang, usaha ikan asap masih dikelola secara tradisional. Peralatannya pun kurang lengkap dan kurang higenis.

Sekitar tahun 2013, Pertagas mulai hadir mendampingi masyarakat. Program pelatihan diberikan dan infrastruktur pengasapan juga diperbaiki.

“Perbaikan cerobong asap, tungku, hingga pemberian cold box agar stok ikan asap lebih awet,” kata Head of External Relations East Region Pertagas, Tedi Abadi Yanto, Rabu (20/10).

Kepala Desa Penatarsewu, Cholliq mengungkapkan, manfaat kehadiran perusahaan nasional itu cukup banyak dirasakan warga. Misalnya dari segi pengasapan ikan juga meningkat drastis. Saat masih tradisional, satu pengasap hanya bisa mengasapi ikan sebanyak 90-100 kilogram. Sekarang ada yang bisa capai 2 kwintal sehari.

“Makanya produksi ikan asap di desa (Penatarsewu, Red) ini bisa capai 13 ton sehari,” ungkapnya.

Dia menambahkan, di Penatarsewu ada sekitar 80 usaha pengasapan ikan. Karena produksinya meningkat, hal itu juga berdampak positif ke serapan tenaga kerja. Warga yang dulunya nganggur bisa ikut bekerja membantu usaha ikan asap.

“Jadi tukang sisik ikan atau yang mengasap ikan. Kalau dulu dikerjakan sendiri, sekarang tetangganya bisa diajak kerja,” ucapnya.

Miji Utami, salah satu pekerja yang biasa mengasap ikan juga merasakan manfaat pengembangan usaha itu. Ia dibayar berdasarkan jumlah ikan yang diasap dalam sehari.

“Dulu mentok 90 kilogram dibayar Rp 90 ribu. Sekarang bisa mengasap 100-120 kilogram, dapat bayaran Rp 100-120 ribu. Lumayan untuk kebutuhan anak” kata perempuan 46 tahun itu.

Pendampingan Petragas di Desa Penatarsewu juga berkelanjutan. Setelah sukses mengantarkan usaha pengasapan ikan naik kelas, kini berinovasi mengatasi masalah sampah rumah tangga di kampung itu. Caranya dengan budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).

INOVATIF : Ediyanto (kiri) didampingi Tedi Abadi Yanto, Head of External Relations East Region Pertagas saat melihat budidaya maggot di Desa Penatarsewu. (HENDRIK MUCHLISON/RADAR SIDOARJO)

Ediyanto, warga yang juga pengelola budidaya maggot itu menceritakan, budidaya itu mulai dirintis sejak 2020. Pertimbangannya karena pandemi Covid-19, sampah rumah tangga meningkat. Warga juga kebanyakan beraktivitas di rumah.

Sehari ada 5-6 gerobak motor memuat sampah rumah tangga. Sampah itu dibuang di tempat pembuangan sampah desa. Satu gerobak ada sekitar 4 kuintal sampah.

“Jadi sekitar 24 kuintal sampah terus menumpuk setiap harinya,” ujarnya.

Edi melanjutkan, dengan adanya budidaya maggot, sekitar 30-40 persen sampah rumah tangga bisa diurai. Khususnya sampah organik yang dijadikan makanan maggot. Perlenggkapan rumah budidaya hingga bibit maggot juga dukungan dari Pertagas. Setelah maggot besar bisa dipanen dan dijual.

“Untuk pakan burung atau ternak,” katanya.

Selain itu, maggot juga bisa diolah lagi untuk menghasilkan pakan ikan yang lebih berkualitas. Caranya dengan digiling dan dicampur dedak serta limbah sirip ikan.

“Kandungan proteinnya lebih tinggi, bisa dijual Rp 8 ribu perkilogram,” imbuh pria yang dulunya pekerja serabutan itu.

Budidaya maggot untuk mengurai sampah jika dikembangkan ke seluruh desa juga bakal berdampak positif terhadap masalah sampah di Kota Delta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, Sigit Setyawan sempat menyebutkan, saat ini kondisi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sudah overload. “Tiap hari ada sekitar 450 ton sampah masuk ke TPA. Butuh pemilahan sampah di tingkat desa untuk mengurangi volume sampah,” terangnya.

Dalam kesempatan itu juga Head of External Relations East Region Pertagas, Tedi Abadi Yanto menambahkan, selain pendampingan usaha ikan asap dan budidaya maggot, Pertagas juga mendampingi warga untuk pengembangan resto apung. Resto itu mulai dioperasionalkan pada 2019 lalu.

Tujuannya untuk meninggkatkan usaha khas Desa Penatarsewu yakni ikan asap. Produksi ikan bisa terserap resto, termasuk penyerapan tenaga kerja karyawan resto yang kini ada enam orang.

Saat pandemi, pendampingan juga terus dilakukan. Agar setiap usaha yang ada tetap survive.

“Dikembangkan ke platform digital, hingga kerjasama catering perusahaan,” pungkasnya. (son/vga)

Most Read

Berita Terbaru


/